Friday, February 25, 2011

Warga 4 Kabupaten Resah, Pemprov Tunggu BMKG



Goyangan disertai suara gemuruh yang terjadi sejak beberapa waktu lalu, ternyata dirasakan warga di empat kabupaten di Jawa Timur yakni, Ponorogo, Trenggalek, Madiun dan Nganjuk.


Anehnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum bisa memutuskan tindakan konkrit yang segera dilakukan dan menunggu rekomendasi dari Badan Metereologi, Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Pusat.


“Itu masih asumsi. Dan saya sudah menghubungi BMKG,” ujar Gubernur Soekarwo usai melantik Bupati dan Wakil Bupati Pacitan terpilih Indartato-Prayitno, Senin (21/2) kemarin.


Menurut orang nomor satu di Jatim yang akrab dipanggil Pakde Karwo ini, lantaran masih merupakan asumsi, maka perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk memastikannya. Artinya, kata Pakde Karwo, untuk menjadi sebuah informasi data yang telah terkumpul harus dianalisis terlebih dahulu, termasuk dugaan munculnya gerakan vulkanik di Gunung Wilis yang sudah lama tidak aktif. “Second opinion itu harus ahlinya,” tandasnya.


Soekarwo menjelaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim masih terus melakukan penelitian guna memastikan penyebab getaran tanah yang dirasakan warga empat kabupaten tersebut merupakan gerakan tanah yang timbul dan berasal dari dalam tanah.


Jadi, kata Soekarwo, perlu lebih dahulu dibangun indikator yang pasti, agar masyarakat tidak resah. Ada beberapa dugaan penyebab getaran yakni dislokasi tanah, retakan atau faktor vulkanik. “Seperti tsunami itu kan baru indikasi. Sudah saya beritahukan (gerakan tanah, red) ke Bupati dan Camat hingga ke kelompok-kelompok masyarakat,” jelasnya.


Hingga kini, munculnya suara gemuruh masih terdengar oleh warga. Seperti yang dialami warga Dusun Seweru, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Menurut Muhammad, salah satu warga, suara gemuruh keras berulangkali terdengar pada hari Jum’at (18/2) lalu. Hanya saja, ia dan warga lainnya tak bisa memastikan asal muasal dan sumber suara.


Muhammad mengatakan, suara gemuruh biasanya terdengar di malam hari. Sebaliknya, pada siang hari hampir tidak pernah terdengar. Fenomena alam itu sendiri mulai dirasakan warga sejak akhir Januari lalu. “Kami tidak tahu suara apa itu,” katanya.

No comments:

Post a Comment