Friday, February 25, 2011

Suara Gemleger Sering Terdengar, Warga Lereng Wilis Cemas





Penduduk yang tinggal dan berdiam di lereng Gunung Wilis kini mulai resah dan cemas. Hal itu disebabkan munculnya suara dentuman ‘ulem’ keras yang tak diketahui darimana asalnya. Sayangnya, aparat terkait setempat tak segera menginformasikan mengenai suara, mengambil istilah penduduk di Kecamatan Sooko dan Pulung sebagai ‘gluduk gemleger’, yang terdengar hingga radius puluhan kilo tersebut.


Benarkah suara tersebut berasal dari kawasan Telaga Ngebel, salah satu tempat wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Ponorogo? Tak satupun aparat berwenang dan terkait memberikan informasi secara pasti. Hal inilah yang membuat sebagian besar penduduk, yang tinggal di daerah Kecamatan Ngebel, Pulung dan Sooko, diliputi pertanyaan dan kecemasan.


“Warga di kawasan Desa Bekiring sekarang dilanda kecemasan seperti hantu menakutkan mereka, tapi tanpa ada kejelasan sebab musababnya. Sungguh mereka resah dan sebagian lagi menjerit hatinya, namun tak ada seorang aparat pun yang menggubris laporan mereka. Entah, ada apa sebenarnya yang terjadi?” tutur Nanang salah satu warga, yang membenarkan perihal suara tersebut kepada wartawan.


Suara dentuman seringkali terdengar, dan waktunya pun juga tak dapat ditentukan dan diprediksi. Namun, efek suara dentuman yang mirip ledakan tersebut, lebih terasa jika malam telah larut. Bahkan, beberapa kaca rumah penduduk di Kecamatan Pulung dan Sooko, ikut pula bergetar seiring terdengarnya suara gluduk gemleger tersebut.


“Kini daerah kaki bukit Gunung Wilis ini benar-benar menakutkan, apalagi tak ada penjelasan dari aparat dan mereka seakan tutup mulut. Media massa pun hampir tiga bulan ini membisu seribu bahasa, Ada apa gerangan?” tanya Nanang menirukan teman-temannya yang tinggal di Bekiring pada posisi mata angin selatannya Kecamatan Ngebel dan utaranya Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.


Nanang pun membenarkan, belakangan ini dia sering bertemu orang-orang bule berjalan tanpa alas kaki di daerah Ngebel, termasuk banyaknya mahasiswa dari ITB (Institut Teknologi Bandung, red) yang melakukan penelitian. “Apakah ada tugas proyeksi yang sama, seperti di NTB (Nusa Tenggara Barat) atas bukit penghasil tambang emas?”, celetuknya.


Dikalangan masyarakat atau sebagian penduduk Ponorogo, terutama di wilayah yang penduduknya mendengar dan merasakan suara aneh tersbut, mulai muncul berbagai spekulasi dan diskusi informal, yang topiknya terkait perubahan lingkungan disertai kematian hewan di sekitar Telaga Ngebel.


Sebagian masyarakat menganggap peritiwa atau munculnya suara tersebut sebagai nuansa alam, terkait perubahan ekosistem dan isu kedua, sebagian masyarakat menganggap, bila hal itu akibat ulah manusia yang tak punya hati dan rasa kemanusiaan.


“Khusus isu kedua yang disebabkan ulah manusia, tampaknya lebih masuk akal. Karena kabarnya, ada investasi terkait sumber daya alam dan mineral yang dikandungnya. Apalagi, di sana dikabarkan ada tambang emas dan minyak. Kalau hal ini benar, maka Ngebel akan bernasib seperti Lapindo. Ini berarti Komunitas Gardu Biru semestinya turun kesana untuk ikut menentramkan hati warga dan penduduknya,” tegas Sugiri Sancoko, yang akan meninjau langsung kecemasan penduduk Ngebel, Pulung dan Sooko tersebut.

No comments:

Post a Comment