Friday, February 25, 2011

Lidah Api Matahari X2 Mengarah Ke Bumi


B intik Matahari 1158 melepaskan flare (lidah api) Matahari yang cukup besar dengan skala M6,6 dan erupsi tersebut mencapai puncaknya pada Selasa (15/2) jam 08.56 wib saat ia kembali melepaskan flare Matahari dengan skala X2.


Skala atau Kelas X2 merupakan tipe flare Matahari yang paling kuat dan menjadi erupsi pertama dari Siklus Matahari ke-24 yang akan berlangsung di waktu yang akan datang.


Aurora yang tampak di Henningsvaer, Lofoten, Norwegia yang dipotret Gabi dan Gunter Reichert.


Kedua erupsi yang terjadi pada tanggal 13 dan 15 Februari ini direkam oleh Solar Dynamic Observatory milik NASA dan SDO juga berhasil melihat radiasi ultra ungu yang ekstrim yang muncul dari flare tersebut. Selain mengirimkan radiasi UV (ultraviolet) ke Bumi, ledakan ini juga melontarkan CME (lontaran massa korona) ke arah Bumi. Pada film yang diambil STEREO-B, tampak perluasan awan dan diharapkan badai geomagnetik akan terjadi saat CME tiba di Bumi pada Kamis (17/2).


Efek Badai Geomagnetik di Bumi


Saat CME mencapai Bumi, ia akan berinteraksi dengan medan magnet di Bumi dan berpotensi untuk menimbulkan badai geomagnetik. Pada kejadian tersebut, aliran partikel Matahari akan mengalir turun sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi ke kutub-kutub Bumi dan bertabrakan dengan atom nitrogen dan oksigen di atmosfer.


Saat itulah para pengamat di lintang tinggi akan dapat menikmati aurora atau tirai cahaya warna warni. Tidak akan ada efek signifikan bagi Bumi. Dampak yang mungkin terjadi, antara lain: gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll), navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.


Pengamatan terjadinya flare atau semburan Matahari pada tanggal 15 Februari 2011 juga dilakukan oleh Alfan Nasrulloh dengan menggunakan teleskop radio JOVE dari observatorium Bosscha. Selain bisa data terjadinya semburan, para pengamat juga berhasil merekam suara dari semburan radio tersebut. Hasil ini merupakan milestone atau tonggak sejarah yang besar dalam pengembangan teleskop Radio JOVE di Observatorium Bosscha. Dengan hasil tersebut, Observatorium Bosscha bisa terlibat aktif di radio (frekuensi rendah) untuk “menyambut” siklus aktifitas matahari ke-24 dengan puncak aktifitas matahari sekitar 2012-2014 dalam bentuk solar patrol.


Sebelum bintik Matahari 1158 melepas flare dengan skala X2, pada tanggal 13 Februari 2011, ia juga melepaskan ledakan dengan skala M6,6 yang berhasil direkam oleh SDO milik NASA.


Erupsi tersebut menyebabkan terjadinya ledakan keras pada gelombang radio yang bisa didengar oleh penerima gelombang pendek di siang hari. Thomas Ashcraft di New Meksiko berhasil merekam suara tersebut pada gelombang 19 – 21 MHz. Menurut Thomas, itu merupakan letupan gelombang radio terkuat dalam siklus Matahari yang baru ini.


Sumber terjadinya flare Matahari tersebut yakni bintik Matahari 1158 berkembang sangat cepat dan area aktifnya sudah memiliki lebar lebih dari 100000 km, dengan setidaknya ada selusin inti hitam seukuran Bumi tersebar dibawah kanopi magnetik yang tidak stabil.


Awan lontaran massa korona dari flare Matahari tanggal 13 Februari ini juga bergerak ke Bumi dan menghasilkan aurora yang spektakuler bagi pengamat di lintang tinggi.

No comments:

Post a Comment