Friday, February 25, 2011

Jardiknas Mati, Sekolah Keluarkan Biaya Tambahan



Sudah hampir sebulan, sambungan internet Jembatan Informasi Digital Dunia Pendidikan Nasional Indonesia (Jardiknas) di Kabupaten Pacitan mati. Hal ini membuat beberapa sekolah terpaksa mengeluarkan biaya tambahan agar proses belajar mengajar tidak terganggu.


“Pihak sekolah akhirnya menggunakan provider lain agar proses belajar tidak terganggu,” ujar Wawan Yulianto, salah seorang guru Teknologi Informasi (TI) di SMPN 1 Pacitan, Jumat (25/2).


Selama ini, proses belajar mengajar TI mengandalkan status online internet, terlebih bagi siswa kelas VIII dan IX. Sehingga, ketika jaringan mati, pihak sekolah tak punya pilihan selain memasang jaringan internet baru.


Padahal, untuk menggunakan jasa akses internet tersebut, dalam sebulan, pihak sekolah harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar, sedangkan bila menggunakan Jardiknas bisa gratis.


“Biaya itu (abonemen, red) terasa memberatkan. Kalau Jardiknas masih beroperasi mendingan uang sebanyak itu untuk pemeliharaan jaringan kami,” terang Wawan.


Matinya Jardiknas disikapi berbeda oleh SMKN 1. Menurut Humas Jurusan Teknik Informasi Dan Komunikasi, Wellya Maskur. Meski sama-sama menggunakan jaringan tersebut, pihaknya tidak terlalu tergantung penuh. Sebab, selama ini proses belajar mengajar dilakukan secara off line.


Atau dengan kata lain, para guru terlebih dahulu mencari atau mengunduh bahan-bahan ajar lalu diberikan ke siswa. “Kalaupun ada tugas, mereka kita sarankan mencari di luar saja,” tandasnya.


Tidak beroperasinya jaringan internet itu sudah diketahui pihak SMKN 1 melalui edaran yang dikirim di milis. Dalam pemberitahuan yang dikirim Koordinator Help desk Jardiknas Bidang Pengembangan Jejaring Pustekkom Kemendiknas, Kwarta Adimphrana.


Dikatakannya, jaringan mati karena kontrak provider yang lama telah habis, dan kini masih berlangsung proses tender. Kemungkinan pada awal Maret, Jardiknas sudah kembali beroperasi.


Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) setempat Heru Wiwoho. Meski tidak mengganggu kinerja, tetapi pihaknya harus mencari akses internet lain. Karena keberadaan jalur ke dunia maya itu cukup vital.


Misalnya untuk akses Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) bagi siswa yang mutasi ke luar daerah. Sedangkan bagi siswa yang mendapatkan tugas, bisa menggunakan akses internet di luar sekolah.“Sekarang kan akses internet cukup murah,” ungkapnya.

No comments:

Post a Comment